Nama :
Arnold manuel
NIM :10
12 209
Kelas :
Manajemen A4
Kelompok : V (lima)
Kategori bauran
jasa:
1.
Barang berwujud
murni.
Terdiri atas
barang berwujud seperti sabun, pasta gigi atau garam.
2.
Barang berwujud
yang disertai jasa.
Semakin canggih
secara teknologis produk generik(mobil, komputer) penjualannya semakin
tergantung pada mutu dan ketersediaan layanan pelanggan yang menyertainya.
3.
Campuran.
Tawaran tersebut
terdiri atas barang dan jasa dengan bagian yang sama. Misalnya, orang pergi ke
restoran untuk mendapatkan makanan maupun layanan.
4.
Jasa utama yang
disertai barang dan jasa yang sangat kecil.
Contohnya
penumpang pesawat terbang membeli jasa angkitan Perjalanan tersebut meliputi
bawang berwujud, seperti makanan dan minuman, tiket dan majalah penerbangan.
Jasa tersebut memerlukan barang padat moda (pesawat terbang) untuk
merealisasikannnya, tetapi produk utamanya adalah jasa.
5.
Jasa murni.
Contohnya penjagaan
bayi, psikoterapi, dan pijat.
Karena bauran barang dan jasa yang berbeda-beda ini,
sulit melakukan generalisasi tentang jasa tanpa mencari perbedaan lebih lanjut.
Namun, beberapa generalisasi dapat digunakan.
·
Jasa berbeda-beda berdasarkan apakan jasa
tersebut berbasis peralatan (cucian mobil otomatis, mesin penjaja) atau
berbasis orang(jasa pembersihan jendela, jasa akuntansi). Jasa berbasis orang
berbeda-beda berdasarkan apakah jasa tersebut disediakan karyawan yang tidak
terampil, terampil atau profesional.
·
Perusahaan jasa dapat memilih di antara
proses-proses yang berbeda untuk menyerahkan jasa mereka. Restoran telah
mengembangkan format berbeda tersebut seperti gaya kafetaria, makanan siap
saji, makanan swalayan (buffet) dan layanan sinar lilin (candlelight service).
·
Ada jasa yang menharuskan kehadiran
klien dan ada yang tidak mengharuskannya. Bedah otak melibatkan kehadiran
klien, tatapi perbaikan mobil tidak. Jika klien tersebut harus hadir, penyedia
jasanya harus memperhatikan kebutuhan-kebutuhannya. Pengusaha salon kecantikan
akan berinvestasi dalam dekorasi, memainkan musik latar, dan terlibat dalam
obrolan ringan dengan pelanggan.
·
Jasa berbeda-beda dalam hal apakah jasa
tersebut memenuhi kebutuhan pribadi (jasa pribadi) atau kebutuhan bisnis ( jasa
bisnis). Penyedia jasa biasanya mengembangkan program pemasaran yang berbeda
utuk pasar pribadi dan bisnis.
·
Penyedia jasa berbeda-beda dalam tujuan
(laba atau nirlaba) dan kepemilikan (swata atau pemeirntah) mereka. Kedua
karakteristik ini jika digabungkan secara menyilang, akan menghasilkan empat
jeb\nis organisasi yang cukup berbeda. Program pemasaranrumah sakit investor
swasta akan berbeda dari program pemasaran rumah sakit yayasan swasta atau
rumah sakit Veteran Administration ( Lembaga veteran AS).
Hakikat bauran
jasa juga memiliki implikasi pada bagaimana konsumen mengevaluasi mutu.
Pertama, konsumen jasa umumnya mengandalkan cerita dari mulut ke mulut daripada
iklan. Kedua, mereka sangat mengandalkan harga, petugas, dan petunjuk fisik untuk
menilai mutunya. Ketiga, mereka sangat setia pada penyedia jasa yang memuaskan
mereka. Keempat, karena adanya biaya peralihan, bisa terjadi keengganan dari
banyak konsumen. Itu dapat merupakan tantangan untuk memikat pelanggan
menjauhkan diri dari pesaing.
MENGELOLA MUTU
JASA
Mutu jasa suatu
perusahaan diuji dalam setiap pertemuan jasa. Jika karyawan-karyawan eceran
merasa bosan, tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan sederhana, atau saling
berkunjung pada saat pelanggan sedang menunggu, pelanggan akan berfikir dua
kali untuk melakukan bisnis lagi dengan penjual tersebut.
1. Harapan
pelanggan
Pelanggan
menciptakan haranpan-harapan layanan dari pengalaman masa lalu, cerita dari
mulut ke mulut, dan iklan. Pelanggan membandingkan jasa yang dipersepsikan
dengan jasa yang diharapkan. Jika harapan yang dipersepsikan berada di bawah
jasa yang diharapkan, pelanggan akan kecewa. Jika persepsi jasa memenuhi atau
melebihi harapan mereka, mereka akan cenderung menggunakan penyedia tersebut
lagi. Lima kesenjangan yang mengakibatkan ketidakberhasilan penyerahan jasa
adalah:
a)
Kesenjangan antara harapan konsumen dan
persepsi manajemen. Pengurus rumah sakit mungkin berpikir bahwa pasien
menginginkan makanan yang lebih baik, tetapi pasien mungkin lebih memikirkan
daya tanggap perawat.
b)
Kesenjangan antara persepsi manajemen
dan spesifikasi mutu jasa. Manajemen mungkin memahami dengan tepat
keinginan-keinginan pelanggan, tetapi tidak menetapkan standar kinerja.
Pengurus rumah sakit mungkin meminta perawat memberikan layanan yang cepat
tanpa menguraikan dengan sangat jelas.
c)
Kesenjangan antara spesifikasi mutu
jasa dan penyerahan jasa. Karyawan mungkin kurang terlatih, tidak mampu atau
tidak mau mematuhi standar, atau mungkin dihadapkan pada standar yang saling bertentangan;
seperti menyediakan waktu untuk mendengarkan pelanggan dan melayani mereka
dengan cepat.
d) Kesenjangan
antara penyerahan jasa dan komunikasi eksternal. Harapan-harapan konsumen
dipengaruhi pernyataan yang dikeluarkan perwakilan dan iklan perusahaan. Jika
brosur rumah sakit memperlihatkan kamar yang indah, tetapi pasien tiba dan
menemukan kamar yang tampak murahan dan kotor, komunikasi ekternal telah
melenceng jauh dari harapan pelanggan.
e)
Kesenjangan antara persepsi jasa dan
jasa yang diharapkan yaitu konsumen memiliki persepsi yang keliru tentang mutu
jasa tersebut. Dokter mungkin tetap mengunjungi pasien untuk menunjukkan
kepeduliannya, tetapi pasien menafsirkan hal ini sebagai indikasi bahwa ada
sesuatu yang benar-benar tidak beres.
Adapun lima penentu mutu jasa,
disajikan menurut tingkat kepentingannya.
v Keandalan.
Kemampuan
melaksanakan layanan yang dijanjikan secara meyakinkan dan akurat..
v Daya tangkap.
Kesediaan
membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat.
v Jaminan.
Pengetahuan dan
kesopanan karyawan dan kemampuan mereka menyampaikan kepecayaan dan keyakinan.
v Empati.
Kesediaan
memberikan perhatian yang mendalam dan khusus kepada masing-masing pelanggan.
v Benda berwujud.
Penampilan
fasilitas fisik, perlengkapan, karyawan, dan bahan komunikasi.
Karena jasa
diproduksi dan dikonsumsi secara simultan, pelanggan biasanya turut hadir di
tempat penyedia jasa, berinteraksi langsung dengan karyawan dan menjadi bagian
dari proses produksi jasa. Karena jasa bersifat intangible, maka
pelanggan akan mencari isyarat-isyarat yang bersifat tangible guna
membantu mereka menilai service experience. Fakta inilah yang mendorong
pemasar untuk memanfaatkan variabel-variabel tambahan dalam berkomunikasi dan
memuaskan pelanggan mereka. Misalnya saja dalam industri perhotelan, desain dan
dekorasi hotel serta penampilan dan perilaku karyawannya ditata sedemikian rupa
guna mempengaruhi persepsi dan pengalaman pelanggan. Pengakuan akan
pentingnya variabel komunikasi tambahan ini telah mendorong pemasar jasa untuk
mengadopsi konsep bauran pemasaran yang diperluas (expanded marketing mix)
Judul :
MENGENAL GERAKAN WAJIB BELAJAR
Pengarang : Drs. Santoso Sastropoetro
Penerbit :
ALUMNI/1984/Bandung
Tebal :
48 halaman
Salah
satu dari tujuan didirikannya Negara kita dengan aparat pemerintahannya justru
menyangkut masalah pencerdasan bangsa. Kesadaran akan pentingnya kesadaran
bangsa yang berarti pentignya pendidikan mempunyai latar belakang yang cukup
serius. Kita sama-sama maklum bahwa penjajah mengakibatkan kebodohan kita. Oleh
karena itu, salah satup pelaksanaannya ialah dicanangkannya wajib belajar.
Melalui usaha dan buah usaha itu diharapkan akan lahir manusia-manusia
Indonesia yang cerdas dan bahagia.
Buku
ini dengan judul MENGENAL GERAKAN WAJIB BELAJAR akan mengajak para pembaca
semua benar-benar mengenal apa itu gerakan wajib belajar, mengapa perlu ada?,
bagaimana melaksanakannya dan apan manfaatnya? Gerakan wajib belajar ialah
suatu gerakan yang hendak memperjuangkan agar semua orang (terutama anak-anak)
dapat menikmati pendidikan. Dalam buku ini juga diuraikan lebih terperinci
apakah gerakan wajib belajar itu melalui dua bagian yaitu, gerakan dan wajib
belajar.
Mengapa
perlu gerakan wajib belajar? Pertanyaan inilah yang sering muncul dikalangan
masyarakat, pertanyaan tersebut memang
wajar dan untuk menjawab pertanyaan itu, maka Drs. Santoso Sastropoetro
mengajak kita melacak beberapa latar belakang yang factor-faktornya menyangkut
masalah: geografis, perekonomian keluarga, tradisi masyarakat serta sarana dan
fasilitas pendidikan. Pelaksanaan wajib belajar di tuangkan dalam ketetapan MPR
No.II/MPR/1983 sektor pendidikan, maka wajib belajar adalah tugas kita semua.
Selain itu dalam buku ini juga dibahas manfaat wajib belajar, banyak manfaat
dengan adanya wajib belajar ini diantaranya yaitu manfaat bagi masyarakat dan
manfaat bagi pemerintah.
Sebagai buku
penuntun dan pemahaman bagi siapa saja yang ingin tahu dan bahkan melaksanakan
gerakan wajib belajar, kiranya buku ini amatlah tepat untuk dipilih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar