Selasa, 03 Januari 2012

Arnold manuel


Nama              : Arnold manuel
NIM                :10 12 209
Kelas               : Manajemen A4
Kelompok       : V (lima)


Kategori bauran jasa:
1.      Barang berwujud murni.
Terdiri atas barang berwujud seperti sabun, pasta gigi atau garam.

2.      Barang berwujud yang disertai jasa.
Semakin canggih secara teknologis produk generik(mobil, komputer) penjualannya semakin tergantung pada mutu dan ketersediaan layanan pelanggan yang menyertainya.

3.      Campuran.
Tawaran tersebut terdiri atas barang dan jasa dengan bagian yang sama. Misalnya, orang pergi ke restoran untuk mendapatkan makanan maupun layanan.

4.      Jasa utama yang disertai barang dan jasa yang sangat kecil.
Contohnya penumpang pesawat terbang membeli jasa angkitan Perjalanan tersebut meliputi bawang berwujud, seperti makanan dan minuman, tiket dan majalah penerbangan. Jasa tersebut memerlukan barang padat moda (pesawat terbang) untuk merealisasikannnya, tetapi produk utamanya adalah jasa.

5.      Jasa murni.
Contohnya penjagaan bayi, psikoterapi, dan pijat.

Karena bauran barang dan jasa yang berbeda-beda ini, sulit melakukan generalisasi tentang jasa tanpa mencari perbedaan lebih lanjut. Namun, beberapa generalisasi dapat digunakan.
·         Jasa berbeda-beda berdasarkan apakan jasa tersebut berbasis peralatan (cucian mobil otomatis, mesin penjaja) atau berbasis orang(jasa pembersihan jendela, jasa akuntansi). Jasa berbasis orang berbeda-beda berdasarkan apakah jasa tersebut disediakan karyawan yang tidak terampil, terampil atau profesional.
·         Perusahaan jasa dapat memilih di antara proses-proses yang berbeda untuk menyerahkan jasa mereka. Restoran telah mengembangkan format berbeda tersebut seperti gaya kafetaria, makanan siap saji, makanan swalayan (buffet) dan layanan sinar lilin (candlelight service).
·         Ada jasa yang menharuskan kehadiran klien dan ada yang tidak mengharuskannya. Bedah otak melibatkan kehadiran klien, tatapi perbaikan mobil tidak. Jika klien tersebut harus hadir, penyedia jasanya harus memperhatikan kebutuhan-kebutuhannya. Pengusaha salon kecantikan akan berinvestasi dalam dekorasi, memainkan musik latar, dan terlibat dalam obrolan ringan dengan pelanggan.
·         Jasa berbeda-beda dalam hal apakah jasa tersebut memenuhi kebutuhan pribadi (jasa pribadi) atau kebutuhan bisnis ( jasa bisnis). Penyedia jasa biasanya mengembangkan program pemasaran yang berbeda utuk pasar pribadi dan bisnis.
·         Penyedia jasa berbeda-beda dalam tujuan (laba atau nirlaba) dan kepemilikan (swata atau pemeirntah) mereka. Kedua karakteristik ini jika digabungkan secara menyilang, akan menghasilkan empat jeb\nis organisasi yang cukup berbeda. Program pemasaranrumah sakit investor swasta akan berbeda dari program pemasaran rumah sakit yayasan swasta atau rumah sakit Veteran Administration ( Lembaga veteran AS).
 Hakikat bauran jasa juga memiliki implikasi pada bagaimana konsumen mengevaluasi mutu. Pertama, konsumen jasa umumnya mengandalkan cerita dari mulut ke mulut daripada iklan. Kedua, mereka sangat mengandalkan harga, petugas, dan petunjuk fisik untuk menilai mutunya. Ketiga, mereka sangat setia pada penyedia jasa yang memuaskan mereka. Keempat, karena adanya biaya peralihan, bisa terjadi keengganan dari banyak konsumen. Itu dapat merupakan tantangan untuk memikat pelanggan menjauhkan diri dari pesaing.

MENGELOLA MUTU JASA
Mutu jasa suatu perusahaan diuji dalam setiap pertemuan jasa. Jika karyawan-karyawan eceran merasa bosan, tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan sederhana, atau saling berkunjung pada saat pelanggan sedang menunggu, pelanggan akan berfikir dua kali untuk melakukan bisnis lagi dengan penjual tersebut.
1.      Harapan pelanggan
Pelanggan menciptakan haranpan-harapan layanan dari pengalaman masa lalu, cerita dari mulut ke mulut, dan iklan. Pelanggan membandingkan jasa yang dipersepsikan dengan jasa yang diharapkan. Jika harapan yang dipersepsikan berada di bawah jasa yang diharapkan, pelanggan akan kecewa. Jika persepsi jasa memenuhi atau melebihi harapan mereka, mereka akan cenderung menggunakan penyedia tersebut lagi. Lima kesenjangan yang mengakibatkan ketidakberhasilan penyerahan jasa adalah: 
a)        Kesenjangan antara harapan konsumen dan persepsi manajemen. Pengurus rumah sakit mungkin berpikir bahwa pasien menginginkan makanan yang lebih baik, tetapi pasien mungkin lebih memikirkan daya tanggap perawat.
b)        Kesenjangan antara persepsi manajemen dan spesifikasi mutu jasa. Manajemen mungkin memahami dengan tepat keinginan-keinginan pelanggan, tetapi tidak menetapkan standar kinerja. Pengurus rumah sakit mungkin meminta perawat memberikan layanan yang cepat tanpa menguraikan dengan sangat jelas.
c)        Kesenjangan antara spesifikasi mutu jasa dan penyerahan jasa. Karyawan mungkin kurang terlatih, tidak mampu atau tidak mau mematuhi standar, atau mungkin dihadapkan pada standar yang saling bertentangan; seperti menyediakan waktu untuk mendengarkan pelanggan dan melayani mereka dengan cepat.
d)       Kesenjangan antara penyerahan jasa dan komunikasi eksternal. Harapan-harapan konsumen dipengaruhi pernyataan yang dikeluarkan perwakilan dan iklan perusahaan. Jika brosur rumah sakit memperlihatkan kamar yang indah, tetapi pasien tiba dan menemukan kamar yang tampak murahan dan kotor, komunikasi ekternal telah melenceng jauh dari harapan pelanggan.
e)        Kesenjangan antara persepsi jasa dan jasa yang diharapkan yaitu konsumen memiliki persepsi yang keliru tentang mutu jasa tersebut. Dokter mungkin tetap mengunjungi pasien untuk menunjukkan kepeduliannya, tetapi pasien menafsirkan hal ini sebagai indikasi bahwa ada sesuatu yang benar-benar tidak beres.
Adapun lima penentu mutu jasa, disajikan menurut tingkat kepentingannya.
v  Keandalan.
Kemampuan melaksanakan layanan yang dijanjikan secara meyakinkan dan akurat..
v  Daya tangkap.
Kesediaan membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat.
v  Jaminan.
Pengetahuan dan kesopanan karyawan dan kemampuan mereka menyampaikan kepecayaan dan keyakinan.
v  Empati.
Kesediaan memberikan perhatian yang mendalam dan khusus kepada masing-masing pelanggan.
v  Benda berwujud.
Penampilan fasilitas fisik, perlengkapan, karyawan, dan bahan komunikasi.
Karena jasa diproduksi dan dikonsumsi secara simultan, pelanggan biasanya turut hadir di tempat penyedia jasa, berinteraksi langsung dengan karyawan dan menjadi bagian dari proses produksi jasa. Karena jasa bersifat intangible, maka pelanggan akan mencari isyarat-isyarat yang bersifat tangible guna membantu mereka menilai service experience. Fakta inilah yang mendorong pemasar untuk memanfaatkan variabel-variabel tambahan dalam berkomunikasi dan memuaskan pelanggan mereka. Misalnya saja dalam industri perhotelan, desain dan dekorasi hotel serta penampilan dan perilaku karyawannya ditata sedemikian rupa guna mempengaruhi persepsi dan pengalaman pelanggan. Pengakuan akan pentingnya variabel komunikasi tambahan ini telah mendorong pemasar jasa untuk mengadopsi konsep bauran pemasaran yang diperluas (expanded marketing mix)
Judul               : MENGENAL GERAKAN WAJIB BELAJAR
Pengarang       : Drs. Santoso Sastropoetro
Penerbit           : ALUMNI/1984/Bandung
Tebal               : 48 halaman

Salah satu dari tujuan didirikannya Negara kita dengan aparat pemerintahannya justru menyangkut masalah pencerdasan bangsa. Kesadaran akan pentingnya kesadaran bangsa yang berarti pentignya pendidikan mempunyai latar belakang yang cukup serius. Kita sama-sama maklum bahwa penjajah mengakibatkan kebodohan kita. Oleh karena itu, salah satup pelaksanaannya ialah dicanangkannya wajib belajar. Melalui usaha dan buah usaha itu diharapkan akan lahir manusia-manusia Indonesia yang cerdas dan bahagia.
Buku ini dengan judul MENGENAL GERAKAN WAJIB BELAJAR akan mengajak para pembaca semua benar-benar mengenal apa itu gerakan wajib belajar, mengapa perlu ada?, bagaimana melaksanakannya dan apan manfaatnya? Gerakan wajib belajar ialah suatu gerakan yang hendak memperjuangkan agar semua orang (terutama anak-anak) dapat menikmati pendidikan. Dalam buku ini juga diuraikan lebih terperinci apakah gerakan wajib belajar itu melalui dua bagian yaitu, gerakan dan wajib belajar.
Mengapa perlu gerakan wajib belajar? Pertanyaan inilah yang sering muncul dikalangan masyarakat,  pertanyaan tersebut memang wajar dan untuk menjawab pertanyaan itu, maka Drs. Santoso Sastropoetro mengajak kita melacak beberapa latar belakang yang factor-faktornya menyangkut masalah: geografis, perekonomian keluarga, tradisi masyarakat serta sarana dan fasilitas pendidikan. Pelaksanaan wajib belajar di tuangkan dalam ketetapan MPR No.II/MPR/1983 sektor pendidikan, maka wajib belajar adalah tugas kita semua. Selain itu dalam buku ini juga dibahas manfaat wajib belajar, banyak manfaat dengan adanya wajib belajar ini diantaranya yaitu manfaat bagi masyarakat dan manfaat bagi pemerintah.
Sebagai buku penuntun dan pemahaman bagi siapa saja yang ingin tahu dan bahkan melaksanakan gerakan wajib belajar, kiranya buku ini amatlah tepat untuk dipilih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar